Kamis, 22 Oktober 2020

pagi itu badanku mulai mendingan. tidak ada rasa sakit seperti tadi malam. seperti biasa setiap hari libur aku pergi kepasar dengan membawa uang yang lumayan banyak tidak seperti biasa. sesampainya dipasar, aku membeli ayam untuk membuat opor, sup ayam, jagung untuk membuat bakwan, jeruk, kacang ijo untuk membuat bubur, ikan, tahu, tempe, toge, sawi, dan ada beberapa item belanjaan yang ku beli. saat itu bahkan aku ingin membeli bahan untuk kolak seperti pisang, talas dan gula merah, ntah kenapa semua makanan itu kesukaan ayah, dan sempat terfikirkan olehku “coba aja ayah dirumah”.

sesampainya dirumah aku bersiap menganti baju menjadi daster dan bercelemek, aku langsung bersegera kedapur untuk membuat semuanya. aku mulai dengan merendam kacang ijo, lalu mencuci ayam untuk memasak opor dan sup. setelah itu aku mulai memotong sayur dan menyiapkan cabe. dan tidak lama suamiku datang merangkul mengajakku keluar menuju pintu depan rumah sambil berkata “yuk keluar ada apak, tapi jangan terkejut dulu ya”. begitu seingatku tapi wajahnya sangat sedih.

“ada apa? apak siapa? kenapa? ewi gak pakai jilbab”

“gak papa, itu apak datang ada berita tentang ayah”

didepan pintu apak yang dimaksud suamiku adalah abang kandung ayah. dengan wajah murungnya apak berkata “wi, apak dapat kabar dari kampung kalau abak dewi meninggal di teratak buluh, tapi jangan terkejut dulu ya, ini apak pastikan dulu betul apa enggak” begitu kalimatnya seingatku.

“hah? abak siapa? ayah ewi? betul tu pak ayah ewi yang meninggal? coba pastikan dulu namanya benar apa enggak jalaludin, kenapa kabarnya dapat dari kampung, kenapa gak ewi duluan yang dikasih tau, jalaludin itu ada banyak pak” jawabku dengan suara yang mulai parau, terkejut lemah ingin marah.

“iya apak pun masih mau memastikan itu benar abak dewi atau enggak, ini abak coba telepon lagi orang tu” lalu apak sibuk dengan hp nya.

aku menangis, hampir histeris, antara takut bahwa itu memang ayah, takut bahwa itu bukan ayah tetapi ayah tidak diketahui keberadaannya, takut bahwa aku akan menjadi anak tanpa ayah disaat sedang mengandung seperti ini, takut karena aku disini hanya dengan adik perempuanku sedangkan mamak jauh di sumbar sana. banyak ketakutanku karena aku sangat benci dengan apak si pembawa berita buruk itu. saat itu kakiku lemah, antara gemetar seperti orang yang demam panggung, tanganku tidak bisa diangkat seperti berat sekali ingin rasanya pingsan dan tersadar bahwa itu hanya mimpi buruk. ingin rasanya aku menampar wajahku untuk memastikan bahwa itu hanya mimpi yang amat buruk.

suamiku sibuk dengan hpnya memastikan temannya sebagai ketua jemaah tabligh tentang kebenaran tentang berita duka itu. dan temannya menjawab memang benar ada yang meninggal tetapi di sungai pagar, katanya.

aku yang terduduk menangis hanya bisa kebingungan apakah teratak buluh dan sungai pagar itu sama atau tidak, dan siapa nama yang meninggal itu? tanyaku kepada suamiku, dan ketika ditelepon ulang nomornya tidak menjawab.

“telpon istrinya, cepat cari tau itu ayah ewi atau enggak!” teriakku menarik baju suamiku.

“halo… kak, tolong kasih hp nya ke abang kak… indra mau ngomong”… itu kata suamiku lalu dia pergi keluar meninggalkanku.

tidak lama suamiku datang dengan air matanya, sesegukannya dengan kesedihannya yang sangat dalam. dia merangkul dan berkata bahwa memang benar yang meninggal itu ayah, ayah meninggal tadi pagi di teratak buluh dan abis solat zuhur jenazahnya akan dibawa kerumah.

aku hancur sehancur-hancurnya. ayahku pergi dan bukan aku yang menjadi pendamping saat-saat terakhirnya. aku benci diriku mengapa aku tidak melarang ayahku pergi 4 bulan, aku sedih dan tidak bisa aku ungkapkan kesedihan itu kepada siapapun kecuali hanya Allah yang tau.

kompor dimatikan, ntah bagaimana keadaan masakanku itu aku sudah tidak peduli lagi. aku lupa seperti apa rasa haus, lapar, aku kehilangan tenaga dan yang aku perintahkan ke adikku adalah membeli pulsa untuk menelepon mamak dikampung, mandi, merubah isi rumah untuk menyiapkan kedatangan ayah, dan tetap tegar karna hanya aku yang bisa diharapkan dirumah itu sebagai pengganti mamak untuk sementara.

BERSAMBUNG..